Saturday 18 July 2009

Intimidasi, Anti Sosial, Pengekangan, Pasif, Perempuan dan Kebencian

Hari ini pertama kalinya saya diperhadapkan lagi dengan sepupu-sepupu saya yang umurnya sudah mapan semua rata-rata 25-30 tahun serta keponakan-keponakan saya yang masih kecil-kecil. Terlebih tante saya yang selalu sinis kepada saya. Mengapa saya selalu menjadi yang paling berbeda diantara yang lain? Mengapa saya yang paling jangkung? Mengapa cuma saya laki-laki yang sedikit gondrong? Bandel? Keras kepala? Dan pendiam? Pertanyaan simpel tapi kadang-kadang sangat menyindir.

Sepupu saya kebanyakan adalah perempuan dan rambut mereka rata-rata pendek semua. Kenapa wanita rambutnya pendek tapi tidak dipermasalahkan sedangkan saya sebagai lelaki yang ingin gondrong selalu dipersulit dan dipermasalahkan? Sampai-sampai keponakan saya saja bilang kalau rambut saya sudah panjang. Kenapa masa muda saya yang seharusnya bisa lebih bebas dan ekspresif malah dibuat mati tak berdaya akibat tekanan secara terus-menerus.

Rambut saya ini sebenarnya sudah berhasil saya panjangkan sejak bulan April hingga sekarang. Kasarnya sudah 3 bulan dan hasilnya menyenangkan, panjangnya tidak panjang-panjang amat sampai sebahu tapi sangat lebat dan memang terlihat tebal. Mulai dari tante saya yang dulunya suka ngomel-ngomel dan komentar ini itu sampai ibu saya yang ikut-ikutan tidak tahan dengan hal tersebut. Sebenarnya saya tidak pusing dengan apa yang dibilang oleh tante saya tapi saya sangat menghormati ibu saya untuk hal ini. Selalu saya turuti apa yang ibu saya inginkan. Beliau memang sangat ketat dalam urusan penampilan.

ibu saya adalah orang yang paling saya hormati karena dulu saya sering sekali melawan dan suka membantah. Tapi makin hari saya makin sadar dan lebih menghargai beliau. Ibu saya sebenarnya tidak begitu ambil pusing dengan rambut saya, dia juga menginginkan yang terbaik untuk anaknya tapi kelakuan tante saya yang suka ikut campur, intimidasi dan bersikap pro aktif itulah yang membuat ibu saya juga ikut-ikutan mengekang saya. Saya jadi benar-benar ingin hidup sendiri dan pergi meninggalkan semua keluarga saya.

Sifat anti-sosial yang timbul belakangan ini atau bahkan sudah dipendam sejak kecil sudah tercermin dalam hidup saya yang pasif dan jauh dari pergaulan. Tapi itu belum saatnya. Saya harus memenuhi kewajiban saya terlebih dahulu untuk bisa menjadi seorang sarjana dan bisa hidup mapan. Belum lagi tuntutan lapangan pekerjaan yang semakin sempit membuat saya setiap hari hanya merenung dan mencari jalan keluar untuk bisa menjadi orang sukses.

Saya sejak kecil kurang begitu akrab dengan saudara-saudara saya. Mungkin hanya satu dua orang tapi semenjak sekarang saya lebih memilih menjauh. Lebih nyaman di rumah sendirian dan saya bebas melakukan apa saja daripada dipenuhi orang-orang yang tidak berguna. Bisanya hanya berkomentar dan basa basi. Saya benci basa basi! Terlalu dibuat-buat dan menunjukkan kalau hubungan antara dua orang itu dekat padahal jauh sekali. Basa-basi hanya buang-buang waktu, kalau tidak akrab ya sudah lebih baik saling tutup mulut daripada memaksakan diri seakan-akan akrab.

Saya sering tidak menjadi diri saya yang sebenarnya. Di luar seorang Hendry yang ramah dan penuh senyum tersimpan seorang yang sangat terkekang, tertekan dan sakit. Bahkan saya pun tidak bisa terus terang kepada diri saya sendiri. Saya benci diri saya yang selalu terkekang dan sangat sakit. Saya orangnya memang sangat sensitif dan pasif. Cepat sekali merasa marah dan cepat sekali berganti menjadi senang. Saya harus melakukan terobosan besar agar semua orang bisa sekali-kali menghargai saya.

Ambisius itu menyenangkan tapi penuh penderitaan. Kata-kata itu membuat saya muak dan muntah terlebih lagi bualan dan cerita-ceritamu apalagi lagu-lagumu. Saya benci orang-orang dengan selera musik yang sangat payah! Saya benci kota Jakarta dengan segala masalah dan orang-orangnya. Tapi saya hanya bisa diam. Kata orang diam itu emas, tapi saya tidak bergelimang harta sampai sekarang. Kalaupun kaya pastilah menderita dan terpenjara. Apakah saya sedikit tidak waras? Ya itulah sebabnya banyak Rumah Sakit Jiwa dibangun.

Apa yang seharusnya saya lakukan? Apakah itu saya? Saya kira bukan, itu hanyalah mimpi saja. Terkadang pemikiran dan cara pandang seseorang itu bisa membunuh dan mengintimidasi hidup seseorang. Saya benar-benar kehabisan nafas untuk hal ini. Di dalam kondisi seperti ini bisa-bisanya saya menciptakan lagu dengan nada girang? Saya selalu ingin menutup-nutupi apa yang sedang saya rasakan, bagi saya berbohong itu adalah biasa. Ya saya senang sekali bisa berbohong. Oh Tuhan saya sudah mencoba melupakanmu dan menganggapmu tak ada. Terima kasih.

1 comment:

  1. Nice post, menginspirasi saya untuk jadi lebih berpendirian.

    ReplyDelete

tanggalkan malumu dan tulislah satu dua baris kata..